NAVIGASI

Thursday 8 March 2012

Sstttt…!! Ini Jangan Dicontoh yah…!!

KKG adalah sebuah acara pertemuan Guru-Guru di Gusus, yang merupakan kependekan dari Kelompok Kerja Guru. Biasanya dilaksanakan paling sedikit dua kali dalam satu Minggu, (bukan dua kali sehari satu sendok makan), dan dilaksanaknya pada hari Sabtu pagi sekitar pukul sepuluh sampai merasa capek. Seperti juga dalam acara-acara pertemuan lain, para guru pun ada saja yang suka membuat diskusi sendiri saat KKG berlangsung. Yang akhinya KKG, berubah menjadi Kongko Kongko Guru . Seperti dilakukan oleh tiga orang guru yang tidak pantas untuk dicontoh, (karena mencontoh itu dilarang saat ujian).

Tiga orang guru yang gagal saat audisi jadi pelawak API TPI itu asik ngobrol di pojokkan ruang pertemuan KKG hari Sabtu ini, mereka sedang asik berbincang-bincang, padahal di depan ketua Gugus sedang membahas hal-hal penting tentang kemajuan professional guru, sampai mulutnya berbusa-busa saking seriusnya.
Pak Dading : “Anak pertamaku sekarang kuliah di UIN” Katanya bangga.
Pak Jay : “Anak pertamaku juga sekarang kuliah di UNJ” Tak kalah bangganya.
Pak Nanu : “Anak pertamaku juga sekarang kuli di rumah UDIN tetangga saya.”
Tiga orang guru yang ngobrol dipojokkan itu pun cecikikkan menahan tawanya sambil menutupi mulut mereka masing-masing dengan telapak tangannya, bukan dengan telapak kakinya. Apalagi dengan telapak kaki temannya.

Obrolan pun berlanujut semakin seru. Tidak perduli nara sumber atau para pemateri KKG sedang membahas berbagai masalah penting mengenai kedisiplinan dan dedikasi kinerja guru dalam melaksan tugas profesinya. Tapi ketiga orang guru itu menggapnya hanya seperti tukang obat kaki lima yang sedang mempromosikan dagangannya.
  1. Pak Jay           : “Aneh yah, harga BBM itu seringnya naik, gak pernah turun.”
  2. Pak Dadang    : “Tapi ada kok yang selalu turun dulu, baru naik..”
  3. Pak Nanu       : “Ahk…masak…! Apaan tuh…?”
  4. Pak Dadang    : “tukang gali sumur.”
Lagi-lagi tiga orang guru yang mulai terlena dengan obrolannya itu cekikikkan menahan tawa, bahkan ada yang kelepasan sampai batuk segala. Malah ada yang tidak kuasa menahan tawa, menimbulkan hujan lokal menyiram muka temannya.

“Ssstttt…!! Jangan Berisik.” Kata salah seorang yang duduk dekat mereka merasa terganggu sambil meletakkan telinjuknya di bibirnya yang hitam karena pecandu rokok keretek. Tapi bukan karena terganggu konsentrasinya dalam menyimak penjelasan pembawa materi, melainkan terganggu karena tidak bisa tidur dengan tenang.

“Eh tahu, tidak.” Bisik Pak Nanu pada dua teman ngobrolnya. “Menurut orang-orang guru itu sama seperti hewan kurban.” Lanjutnya.
  1. Pak Jay          : “Ah masak sih…!!”
  2. Pak Dadang   : “Sama apanya…?”
  3. Pak Nanu      : “Sama-sama dipotong. Kalu hewan kurban dipotong lehernya, Guru dipotong         gajihnya.”
Tiga orang guru itu pun kembali menahan tawanya. Mereka tidak perduli nara sumber KKG yang di depan sudah dongkol melihat tingkah ketiga orang guru itu. Kalau saja murid, mungkin sudah dilempar pakai penghapus atau sepatunya.

Sebentar tiga orang itu pun diam, bukan karena ingin memperhatikan nara sumber menjelaskan materi, tapi menuggu kesempatan nara sumber lengah. Buktinya baru saja suasana sepi berjalan kurang lebih 5 menit, tiga orang guru itu pun melanjutkan candaannya.
  1. Pak Nanu       :”Pilih mana, dapat istri cantik..? Atau gajih besar…?
  2. Pak Dadang   :”Istri cantik, dong.” Jawabnya pasti, maklum guru mata keranjang.
  3. Pak Jay          : “kalau aku gajih yang besar…?” Begitu jawaban guru mata duitan.
  4. Pak Nanu       : “Kalau aku memilih istri cantik yang gajihnya besar…”
Kali ini Pak Jay kelepasan tertawa ngakak, bersamaan dengan itu pas kaca mata nara sumber yang tebalnya hampir lima senti itu jatuh ke lantai. Kontan guru-guru yang lain memalingkan wajahnya ke arah Pak Jay, sambil berusaha menahan tawanya juga.

Ini gambaran situasi yang akrab kita temuakan dalam acara-acara rapat, majis ta’lim, kuliah, seminar atau acara-acara lain yang dihadiri banyak orang. Yang penting datang setor muka, menikmati konsumsi, terus ngobrol sana-sini. Makanya jangan disalahkan jika saat guru mengajar di kelas, siswanya malah asik bercanda dengan temannya. Siapa tahu ini merupakan hukum karma, bagi para guru yang suka ngobrol saat-saat pertemuan berlangsung.