NAVIGASI

Tuesday 24 January 2012

Paling males kalau sudah dapat tugas harus ke kantor UPT. Kurikulum XVIII Kecamatan Rumpin. Jalannya ancur. Sebagian becek karena kena tetesan air truk pembawa pasir, sebagian lagi berdebu bubuk pasir halus. Kalau bukan karena dapat tugas dari kepala sekolah yang tadi telepon masih ada di Bandung, rasanya aku tidak mau pergi. Dan tugas membuat Daftar Personal Guru dan Siswa belum selesai aku garap. Pagi ini hanya membuat NUPTK saja.

Untungnya sekalian jalan aku ada keperluan lain, bertemu Pak Toni bagian kepegawaian untuk memberikan surat keterangan yang kemarin dapat dari kampus STKIP Kususma Negara untuk melengkapi persyaratan usulan naik golongan ke IIIA. Sekalian ada tugas mengantarkan daftar isisan identitas sekolah masalah usulan rehab bangunan dan kekurangan guru.

Pukul 11.30. aku sampai di kantor UPTK, ramai sekali kepala sekolah sedang rapat menyusun rencana persiapan lomba PORSENI. Aku langsung masuk ke ruangan Pak Toni, data kuserahkan, tinggal nunggu Bu Susi katanya. Saat keluar ruangan Pak Herman Kepala Sekolah SDN Cidokom, memanggil. Ia mengatakan bahwa saya mendapat tugas menjadi penanggung jawab lomba menggambar tingkat kecamatan sampai Kopel ke Kabupaten Bogor. Duh kerjaan baru lagi. Tapi syukur Alhamdulillah, berarti para kepala sekolah masih memperhitungkan kemampuanku dalam melatih seni rupa terutama menggambar.

Pukul 12.30, setelah melengkapi kekuarangan data analisis kerusakan gedung, aku pulang. Jalanan makin berdebu, cuaca panas, perut keroncongan. Di Cicangkal makan di Warteg dekat Alfa Cicangkal. Ramai sekali orang sedang makan siang. Aku ketemua Pak Ii Samsyuri guru Leuwiranji 03 yang sedang makan siang.

Selesai makan, terus meluncur pulang ke rumah. Kepala rasanya pening sehabis perjalanan dicuaca panas. Aku menyusuh anakku Arsa untuk mengambil buah rambutan di pohon kebun sebelah bawah barat rumahku. Enak juga makan rambutan aceh parakan saat kepala penat begini. Walau pun kondisi buahnya belum masak benar, tapi cukup manjur mengusir penat di kepala.

Sore ini aku berebutan nonton TV dengan Fakih. Aku mau nonton bola PERSIB lawan PSPS, tapi Fakih mau nonton kartun. Aku cumin nonton babak pertama, sedangkan babak kedua cukup nonton di HP, tapi tiba-tiba batunya ngedrop. Pertandingan sedang seru-serunya, skor 2 – 1 kemenangan Bandung. 10 menit jelang usia, aku merayu Fakih untuk nonton bola sebentar. Alhamdulillah dia mengijinkan. Sampai selesai juga akhirnya nonton.

Pukul 17.00 aku meluncur ke Alfa Cicangkal menjemput Ii yang pulang dari Darmaga Kampus IPB. Sampai di Cicangkal aku melihat Pak Ujang mantan Sekdes Mekarsari. Dia pernah jadi orang yang sangat membenci aku saat pemilihan kepala desa beberapa tahun lalu. Dia saksi Haji Haerudin yang sangat disalahkan oleh keluarga dan pendukung Haji Haerudin karena ketidak tegasannya mengakibatkan kekalahan yang fatal. Duh suatu kejadian yang semoga tidak terulang dalam hidupku. Karena sangat melelahkan, menegangkan, menakutkan, mencekam, dan bahkan membuat aku terpaksa harus pergi meninggalkan rumah selama Sembilan bulan dan pindah mengajar ke SDN Sampay Desa Rabak Rumpin, padahal istriku masik punya anak bayi. Yah.. Fakih masih bayi saat ini.

Adzan Magrih berkumandang dari masjid. Ii baru sampai, katanya ia dioper pindah mobil angkot karena mobil yang ia tumpangi tidak sampai Cicangkal Cuma sampai Perum Griya Suradita. Itu lah nakalnya supir angkot di kampungku, seenaknya saja mengoper penumpang ditengah jalan. Tidak punya tanggung jawab. Padahal waktu awal naik ia terkadang memaksa kita untuk naik ke mobilnya.

Sampai rumah masih ditunggu Fakih dan istriku untuk shalat berjamaah. Selesai bombing Fakih baca Iqra dan memperlancar baca buku paket dari TK, aku buka internet dan berhasil posting buku harian ini, serta catatan harian Minggu, serta Senin. Bahkan, sempat buat humor ringan tema pendidikan hari ini.

HUMOR TEMA PENDIDIKAN 1

Bicara soal pendidikan maka akan bicara soal sekolah. Mengapa sekolah di Indonesia susah untuk maju. Ternyata jawabannya sederhana. Karena lahannya sudah habis kena gusur untuk pelebaran jalan.

Indonesia sejak tahun 2008 sampai sekarang masih mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun, entah gara-gara program itu atau bukan, dikampung saya sekarang rata-rata siswa hanya mau sekolah sampai berumur Sembilan tahun. Ia lalu berhenti sekolah dan membantu orang tuanya dagang kakung, bayam, cesim di pasar.

Padahal pengertian dari wajib belajar Sembilan tahun artinya rata-rata warga masyarakat Indonesia minimal pengenyam pendidikan di sekolah selama Sembilan tahun. Seperti si Kodir contohnya, Alhamdulillah ia malah sudah sekolah selama sepuluh tahun di SD karena beberapa kali tidak naik kelas.

Untuk mendukung program wajib belajar Sembilan tahun, kemudian pemerintah memberikan dana BOS, Bantuan Operasional Sekolah. Namanya juga Bantuan, cukup tidak cukup harus diterima. Dan namanya juga BOS, sering telat datangnya mohon dimaklum. Kalau tidak telat bukan BOS namnya, tapi bawahan.

Pendidikan merupakan suatu indicator penting dalam proses kemajuan suatu bangsa. Jika pendidikan di sebuah Negara berhasil maka Negara tersebut akan dengan mudah mencapai keberhasilan di bidang pembangunan. Artinya Jika pendidikan berhasil maka pembangunan juga akan berhasil, jika tidak berhasil bangun minum saja jamu, atau beli obat kuat.

Kemajuan pendidikan sangat tergantung kepada kinerja profesi guru di sekolah. Guru adalah orang yang seharusnya bisa digugu dan tiru. Digugu dalam ucapannya yang baik dan ditiru dalam prilkunya yang baik. Sebab pribahasa mengatakan Guru kecing berdiri, murid kecing berlari. Guru kencing berlari cepat-cepat bawa ke rumah sakit jiwa. Atau mungkin dikejar anjing karena kecingnya semabarang di tembok rumah yang ada anjing penjaganya.

Profesi guru sangat berbeda dengan profesi lain. Misalnya guru berbeda dengan dokter. Kalau dokter sering pusing membuat resep obat untuk menyembuhkan penyakit, kalau guru sering pusing karena tidak mampu menebus obat ketika sakit. Guru berbeda dengan ABRI, kalau ABRI berlatih perang melwan musuh, kalau guru berlatih perang melawan kemisikanan.

Mari kita do’akan semoga pendidikan di Indonesia akan semakin baik lagi. Gurunya semakin sejahtera, muridnya menjadi berguna bagi bangsa dan Negara. Dan semoga saja Negara mau menggratiskan semua tingkat pendidikan di Indonesia. Asal jangan gratisnyanya Cuma niru iklan pulsa, walau iklannya gratis 24 jam, tapi tetap saja pulsanya akan habis dan isi ulang tidak gratis. Walau sepanduk terpambang lebar bahwa sekolah gratis di dinding depan gerbang sekolah, tetap saja harus bayar uang pagar, LKS, seragam, uang bangku dan lain-lain.

Senin pagi aku meluncur lagi ke sekolah untuk melanjutkan sisa pekerjaan. Ini hari raya Imlek. Pukul sebelas pekerjaan belum selesai, aku pergi ke pasar maksudnya mau cari burung Kacer, tapi tukang burung yang biasa mangkal di pasar tidak ada hari ini. Aku mampir ke Mang Adang, ada kacer belum ngepur, harganya masih 180 ribuan. Aku tawar 150 ribu tidak dikasih. Aku mampir di tukang burung sebelahnya, yang ada cuman ketilang, prenjak sama burung cricit (kaca mata). Ah aku cuma cari kacer, yang lain tidak mau.

Sampai rumah pukul 12.00, aku makan siang bareng anak dan istriku. Waw nafsu sekali makanku siang ini, padahal hanya dengan pepes tahu campur jamur, pepes oncom, sambal dan lalap rebus labu siam. Ya Allah, aku sampai nambah makannya.

Pukul 13.00 antar Ii (anakku yang kuliah di IPB) sampai prumpung Gunung Sindur. Ada yang harus ia tanda tangan TU di kapus untuk persyaratan magang kerja di PUSPITEK Serpong besok Rabu. Pulangnya sedikit kehujanan. Lucu deh… dah rapih pakai jas hujan, ternyata hujannya Cuma sedikit. Bahkan sepanjang kurang lebih 4 kilometer malah panas. Mau dibuka tanggung, akhirnya pakai jas hujan dalam keadaan cuaca panas. Tahu ah apa kata orang..?

Aku tidak langsung ke rumah sekembalinya mengantarkan Ii ke Perumpung. Aku kembali ke sekolah untuk melanjutkan pekerjaan. Pukul 15.00 kulihat di ANTV lewat HP ada pertandingan Sepak Bola ISL Pelita Jaya lawan Persija. Persija sudah unggul 1 nol pada menit ke lima. Aku akhiri pekerjaan yang belum selesai, langsung pulang. Sampai rumah melanjutkan nonton sepak bola. Persija unggul 2 nol sampai akhir pertandingan.

Magrib pun tiba, shalat berjamaah dengan istri dan anakku Fakih. Seperti biasa ajari Fakih baca Iqra dan melancarkan membaca buku pelajaran membaca yang ia dapat dari sekolah TK. Selesai rutinitasku hari ini, ditutup dengan istirahat.

Dah selesai, kutulis dua catatan harianku. Catatan harian hari Minggu dan Senin. Tapi modemku sedang dibawa Ii ke tempat kost. Dia mau uji coba KRS semester 6 katanya.
Minggu pukul 07.30 WIB aku berangkat ke sekolah. Ada pekerjaan menyelesaikan Daftar Keadaan Personal Guru dan Siswa. Aku mengerjakannya sendiri, sedangkan Adi penjaga sekolah yang baru itu, menyelesaikan men-cat dinding kantor dan besi bahan teralis jendela kantor.

Sulit juga ternyata mengerjakannya, beberapa kali harus mengukur ruang kolom yang harus diprins dan ditempel di triplek hingga membentuk table. Sampai pukul 11.30 pekerjaan kuhentikan sementara. Aku pulang dulu untuk makan siang, shalat dan istirahat di rumah.

Pukul 14.00 aku kebali ke sekolah. Sempet tidur tadi sekitar 40 menitan di rumah. Kepala terasa sedikit pening. Tapi pekerjaan harus aku lanjutkan.

Tak terasa sore datang begitu cepat. Pukul 17.15, aku pulang. Pekerjaan belum selesai juga. Rencanya karena besok libur imlek, aku akan lanjutkan.

Makan sore, shalat maghrib dan mengajari anakku Fakih membaca iqra dan melancarkan membaca. Selesai temani Fakih belajar, nonton Bola ISL di ANTV. Duh lapangan Lamongan begitu ancur, becek, berlumpur, kasihan para pemaiannya PSPS dan PERSELA yang harus mandi lumpur dan tidak mengbangkan permainannya. Permainannya jadi tidak menarik.