NAVIGASI

Saturday 21 April 2012

Mimpiku Bertemu R.A.Kartini


Malam tadi aku bermimpi bertemu dengan KARTINI, ia tiba-tiba mendatangi aku yang sedang duduk menghadapi meja kerja, di depan laptop yang sedang menyala. Wajahnya ayu Ajhari (Ayu sekali). Baju kebaya putih dan kain batik khas jepara membungkus tubuhnya yang tinggi semampai. Melangkah melenggok dengan gaya kewanitaan yang ketal sekali. Justru gaya berjalan yang seperti itu sekarang jarang aku lihat di kalangan wanita-wanita modern yang konon sangat memuji kiprah sang KARTINI.
1.       KARTINI : “Benda apa itu….?” (sambil jarinya yang lentik menunjuk ke laptop)
2.       AKU          : “Ini laptop. Jamanmu, benda seperti ini pasti belum ada, kan..?”
3.       KARTINI : “Apa gunanya?”
4.       AKU          : “Banyak kegunaanya. Salah satunya, yah untuk menulis.”
5.       KARTINI : “O…. ini toch yang membuat tulisan tangan orang-orang modern tidak  sebagus tulisan tangan orang-orang doeloe.”
6.       AKU          : (Terdiam, ingat tulisan tanganku yang mirip cakar ayam.) “Tapi isi tulisannya lebih canggih dibanding isi tulisan jaman ibu kan ?”
7.       KARTINI : “Tidak juga tuh. Buktinya tulisanku yang hanya sekedar kumpulan surat saja masih jadi kebanggaan bangsa sebesar Indonesia. Iya toch..? Terus isi surat wanita jaman sekarang kemana saja tuh…?”
8.       AKU          : “Wanita jaman sekarang tidak pernah menulis surat, mereka lebih aktip menulis status di facebook dan tweet di dejejaring sosial yang sangat mendunia.”
9.       KARTINI : “Dan isinya hanya sekedar curahan hati tentang cinta, rindu, dan keluh kesah yang merendahkan kaum wanita itu sendiri. Atau cuman ajang memsang wajah hasil jepretan kamera HP. Norak…”
10.    AKU          : “Kok ibu Kita Kartini ini faham juga soal facebook dan twitter…? Punya akun facebook dan twitter juga yah…?”
11.    KARTINI : “Sebagai wanita pejuang kesetaraan hak. Perlu juga dong mengikuti jaman, japi manfaatkan kemajuan jaman itu dengan hal-hal yang bermanfaat.”
12.    AKU          : “Iya deh, sang pahlawan wanita yang selalu diperingati meriah setiap tahun oleh para wanita di negara Indonesia.”
13.    KARTINI : “Apa kamu piker aku bangga diperingati seperti itu…?”
14.    AKU          : “Memangnya Ibu tidak suka yah diperingati seperti itu…?”
15.    KARTINI : “Itu seremonial yang menurut saya kurang paham akan esensi perjuangan saya.”
16.    AKU          : “Maksud Ibu…?”
17.    KARTINI : “Mereka hanya sibuk memakai kebaya saat memperingati hari Kartini saja. Sementara aku setiap hari harus pakai kebaya.”
18.    AKU          : “Oohhh…”
19.    KARTINI : “Cara berpakaian kabayanya pun seenake dewe, berantakan tidak karuan. Itu pun boleh nyewa di salon dengan harga yang termurah. Seharusnyakalau bangga akan perjuangan saya, mereka harus mempunyai kebayaala Kartini dong di rumahnya.”
20.    AKU          : (Hanya manggut-manggut sambil tersenyum kecil mengingat peringatanhari Kartini kemarin pagi) “Tapi ibu bangga kan melihat kaum wanita sekarang..?”
21.    KARTINI : “Nda juga tuh.”
22.    AKU          : “Kenapa…?”
23.    KARTINI : “Masih banyak kaum wanita yang kebablasan.”
24.    AKU          : “Kebablasan bagaiamana…?
25.    KARTINI  : “Perjuanganku kan ingin agar wanita dihargai keberadaannya oleh Kaum pria, dapat menentukan nasib, mempunyai kesempatan bersekolah, dan ide pendapatnya bisa diterima secara sama seperti kaum pria.”
26.    AKU          : “Sekarang menurt ibu sudah tercapai kan…?”
27.    KARTINI  : “Kebablasan..!!” (Diam Sebentar) “ Sekarang kesannya wanita ingin menyamai segala-galanya dengan kaum pria. Mereka bersaing agar dipersamakan segala-galanya dengan kaum pria.”
28.    AKU          : “Tapi memang itu kan esensi perjuangan ibu…?”
29.    KARTINI : “Bukan…!! Sama sekali bukan..!!”
30.    AKU          : “Terus apa dong esensi perjuangan ibu sebenarnya…?”
31.    KARTINI  : “Wanita tetap menjadi wanita secara kodrat dan tanggung jawabnya. Ia tidak boleh berubah menjadi laki-laki. Tidak boleh menjadi imam bagi laki-laki. Saya hanya menginginkan agar wanita tidak lagi dipaksa kawin dengan lelaki bukan pilihannya. Mendabakan adanya kesempatan wanita untuk berwawasan luas. Menginginkan adanya keleluasaan wanita itukut andil dalam menentukan nasib dirinya sendiri, keluarganya, bangsa dan negaranya. Tapi harus tetap sadar akan kodrat kewanitaanya.”
32.    AKU          : “Saya kurang pahambu. Dan saya yakin wanita Indonesia juga kurang paham keinginan ibu.”
33.    KARTINI : “Misal. Di rumah tangga. Wanita harus tetap menjadi ibu rumah tangga, mengurus semua kewajibannya sebagai seorang ibu dari anak-anaknya dan istri dari suaminya. Sedangkan suaminya, tetap menjadi kepala rumah tangga yang berkewajiban mencari nafkah, untuk menghidupi istri dan anaknya.”
34.    AKU          : “Terus letak emansipasinya dimana…?”
35.    KARTINI  : “Waktu memilih calon suami, wanita harus memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya. Saat menjadi istri, wanita diberi kebebsan menyampaikan ide dan pendapatnya, bagaimana caranya agar rumah tangga berjalan dengan baik, dapat mendidik anak dengan baik. Dapat menerapkan segala ilmu dan pengetahuannya untuk mendidik anak agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah.”
36.    AKU          : “Ooo…!! Terus bagi wanita karier..!!”
37.    KARTINI  : “ Wanita tidak diberi kewajiban menafkahi keluarga. Karena itu semuasudah menjadi tugas dan kewajiban suami. Selama suaminya bisa memenuhi semua kewajibannya, mengapa istri harus ikut bekerja..? Dunia hanya sementara. Walau sekaya apapun kita, pasti akan ditinggalkan saat kita kembali ke pada-Nya.”
38.    AKU          : “Berarti kalau suaminya, tidak bekerja, baru dia boleh menjadi wanita Karier, demi mencari nafkah untuk keluarganya.”
39.    KARTINI  : “Itu yang saya bilang kebablasan.”
40.    AKU          : “Maksudnya…?”
41.    KARTINI  : “Saat suami terpaksa menganggur karena suatu kendala tertentu, istri berperan mencarikan jalan, memotivasi, membantu moril dan material agar suaminya bisa bangkit kembali. Bukan malah mengantikan poisi suaminya. Istri bekerja, dan suaminya di rumah mengantikan perannya sebagai ibu rumah tangga. Itu salah besar, toch…!”
42.    AKU          : “Kecuali, suaminya sakit yang tidak kunjung sembuh, yah..?”
43.    KARTINI : “Itu pun bukan berarti otomatis harus ditinggal di rumah sementara istrinya bekerja di luar. Ciptakan wirausaha yang bisa dikerjakan di rumah, buat warung misalnya, buat kerjianan misalnya, agar istri tetap bisa melaksanakan kewajibannya.”.
44.    AKU         :Tapi apakah para wanita Indonesia paham akan semua itu….” 

Aku terus merenung, saking serisunya merenung, tampa sadar Ibu Kita Kartini yang menemui aku itu telah pergi entah kemana. Aku memanggil-manggilnya dengan suara keras, dan yang datang malah istriku dengan wajah cemburu. Dibenaknya tertanam curiga, jangan-jangan aku sedang bermimpi dengan pacar lamaku yang juga bernama Kartini.

Aku pun segera bangun dari tidur. Sebenarnya masih banyak yang ingin aku tanyakan pada Pahlawan Wanita R.A. Kartini yang hadir dalam mimpiku itu. Tapi mimpi tetaplah mimpi. Tak bisa disambung lagi.