NAVIGASI

Friday 9 March 2012

Kegagalan Garuda, Bukan Titik Akhir Persepakbolaan Indonesia

Lama sudah segenap rakyat Indonesia berharap-harap cemas akan keperkasaan Garuda Indoensia. Setiap ajang pertandingan dinanti dan minati para pecandu jenis olah raga mendunia ini. Garuda senior, U23, U21, tidak dibeda-bedakan oleh para penggemarnya. Asalkan Garuda pasti mendapat dukungan penuh dari rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Keberhasilan dan kegagalan pada setiap pertandingan, tetap timbulkan motivasi dan rasa optimis yang berkadar sama, seraya menitipkan harap semoga dapat memperbaiki kualitas sang Garuda. Meskipun akhirnya semua rakyat pecinta sang Garuda tetap harus menutupi kekecewaan akan segala pengharapan terjadinya perolehan prestasi maksimal dari perjuangan gigih sang Garuda dengan kalimat “yah…apapun hasilnya, kita tetap harus bangga dengan Garuda.”

Bangga saja rasanya tidak cukup, serentetan kegagalan yang dialami Garuda kebanggaan kita itu semestinya menjadi bahan evaluasi bersama antara pemerintah, PSSI, dan segenap rakyat Indonesia. Potensi pemain baik senior, U23, maupun U21, sudah cukup membanggakan dan berpotensi untuk ditingkatkan semaksimal mungkin, tinggal sitem dan keberanian menentukan tata cara, anggaran, dan kejujuran arah kebijakan yang harus ditetapkan secara konsisten dan konsekuan.

Langkah-langkah tersebut dapat dimulai dengan pembenahan dibeberapa lini kelemahan yang sebenarnya sudah sejak lama disadari oleh semua pihak, baik pemerintah, Organisasi PSSI, maupun segenap masyarakat. Namun secara sederhana, pembenahan tahap awal, saya piker harus dimulai dari titik-titik kebocoran sitem yang saat ini menganggu arah kebijakan persepakbolaan Indonesia, yaitu :
  1. Pembenahan Oraganisasi PSSI. Ini sangat penting dan mendesak sekali. Bagaimana sebuah bidang olahraga dapat berhasil jika induk organisasinya saja carut marut, dan berkutat sekitar memperebutkan legalitas kepemimpinan, perebutan tahta kekuasaan dan merasa paling memiliki suara untuk menentukan arah organisasi.
  2. Terselenggaranya Liga yang bersih dari tujuan-tujuan lain selain demi meningkatkan kualitas persepakbolaan nasional. Belakangan ini insdikasi mulai masuknya politik dalam dunia sepak bola, persaingan bisnis dalam liga, justru mengotori persepakbolaan. Intrik-intrik kepentingan pribadi, golongan, partai dan kekuasaan dibalik liga dan penyelenggaraan kompetisi, menodai harapan masyarakat untuk menyaksikan para pemain terbaik bangsa merajai kompetisi yang mampu mengangkat nama baik Bangsa Indonesia.
  3. Keberanian pemerintah untuk menjadi medioator yang netral, objektif, professional sekaligus mendukung penuh melalui kebijakan-kebijakan sentral ke arah terang benderang kemajuan persepakbolaan. Kelemahan selama ini pemerintah hanya menjadi pendengar setia teriakan masyarakat mengenai idea-idea cemerlang tentang rumusan upaya meningkatkan kualitas persepakbolaan kita. Tapi tidak pernah memdiasi keinginan-keinginan itu menjadi sebuah rembuk nasional demi menemukan formula solusi terbaik demi meningkatkan prestasi persepakbolaan Indonesia.
  4. Menyadari akan kelemahan sekaligus mau memperbaikannya. Selama ini pemerintah, PSSI dan kita semua semua menyadari akan banyaknya kelemahan mengenai persepakbolaan kita, namun hal itu hanya menjadi ajang diskusi terbuka yang menguap tertiup angin kemudian hialang ditelan waktu. Sementara kelemahan tetap saja belum terselesaikan. Ibaran rumah yang atapnya bocor. Kita tahu betul atap rumah kita bocor, tapi setiap hari hanya dikritik dan perbincangkan penyebab dan solusi mengatasi bocor itu tanpa tindakan nyata memperbaiki kebocorannya, maka hasilnya,lama kelamaan justru rumah itu akan semakin rusak, bahkan bisa ambruk rata dengan tanah.
Renungan singkat ini mungkin juga akan sekedar menjadi renungan, namun setidaknya, sebagai
anak bangsa yang mendambakan melihat dunia persepakbolaan Indonesia menjadi lebih baik, tulisan ini dapat mewakili hati nurani saya salaku pecinta Garuda.

Majulah terus Garuda, kepakkan sayapmu dengan gagah perkasa, meski awan dan badai kerap halangi persada. Cinta kami atas keperkasaanmu adalah kesucian harap akan keberhasilanmu mengukir nama dan prestasi. Kasih kami adalah rangkuman do’a semoga kau mampu terbang semakin tinggi dan tinggi lagi, hingga dapat mengejar ketertinggalmu selama ini. Rindu kami kau dapat membawa merah putih seharum bulang melati di setiap tempat hinggapmu, seraya dikumandangkannya lagu kebangsaan Indonesia Raya, sebagai bukti keberhasilanmu. Dan kegagalanmu selama ini duhai Garudaku bukanlah titik akhir persebakbolaan Indonesia.

No comments:

Post a Comment