NAVIGASI

Saturday 21 January 2012

Sabtu pagi aku antar istri ke pasar Parungpanjang. Persediaan beras sudah habis di rumah. Alahamdulillah kemarin sebelum berangkat ke Kampus, aku dapat rizki dari bendahara sekolah jadi bisa membeli beras walau bagi pegawai negeri seperti aku sudah masuk dalam masa-masa kritis, tanggal tua yang selalu membuat kantong kering, domper lepet, dan terkadang terpaksa harus larak-lirik cari pinjaman.
Pulang dari pasar langsung ke sekolah, mobil sewaan yang sudah aku pesan kemarin sudah diparkir di halaman sekolah. Hari ini anak kelas III akan bertanding bola dengan kelas III dari SDN Kertajaya 05. Walau bukan murid asuhanku, tapi soal bola mereka selalu ingin aku yang membimbing. Ini kali pertama siswa kelas III tanding bola. Biasanya kelas VI yang kuajak untuk bertanding.
Selsai semua persiapan, mobil berangkat membawa siswa kelas III yang akan bertading bola. Duabelas siswa kelas empat juga ikut untuk jadi sporter. Sampai jalan aku teringat sesuatu yang kurasa pasti aku lupa. Ya aku tidak bawa kaos seragam olah raga untuk pemain bola. Segera kuputar arah kembali ke sekolah. Kulihat kaos masih terbungkus rapih di pelastik merah, langsung saja aku ambil dan dibawa meluncur mengejar mobil rombongan, menggunakan motor.
Sampai lapangan safari Cikandang Desa Mekarsari, siswa SDN Kertajaya 05 sudah ada menunggu. Saat bungkusan kaos dibuka, subhanallah… aku salah bawa. Yang kubawa semuanya hanya celana olah raga, tidak satu pun kaos di bungkusan itu. Akhir sia-sia saja celana itu tidak terpakai, dan para pemain bola hanya bisa menggunakan kaos bawaannya yang sungguh sangat tidak seragam. Seru juga melihat anak-anak kecil tanding bola. Bakat mereka sudah terlihat. Walau menggunakan lapangan orang dewasa, tapi semangat dan fisiknya kuat juga. Hasil akhir babak pertama yang berjalan 25 menit, hasil masih kosong-kosong.
Setelah turun main, tim sekolahku kebobolan satu. Dengan semangat yang tinggi, hanya dalam waktu lima menit mereka berhasil membalas kekalahan. Sampai akhir pertandingan keududukan tetap satu-satu.
Sampai di sekolah, semua guru laki-laki dan kepala sekolah sedang sibuk men-cat dinding kantor. Ibu-ibu gurunya mempersiapkan masak untuk makan siang. Pesta besar nasi liwet hari ini. Aku kebagian tugas membuat ikan mas bakar. Dua kilo ikan mas bakar berhasil aku panggang dengan aroma yang menggoda.
Sambil menunggu matang nasi liwet, aku ke luar ke tempat pedagang durian yang ada tepat di halaman sekolah. Pak Rabani, Adi dan Pak Haris sedang men-cat dinding kelas. Tawar menwar harga akhirnya aku beli satu yang ukuran besar Rp 30.000. Kami pun menyantap durian di ruang kantor yang masih berantakan. Terpancing juga akhirnya bendahara sekolah, karena merasa durian yang kubeli itu bagus dan masih kurang, akhirnya sekolah membeli empat buah lagi, yang besar tiga dan yang kecil satu seharga Rp 100.000.
Pesta durian pun berlanjut. Nasi liwet menyusul matang juga, terus berlanjut ke meja makan beralas daun pisang. Kami semua makan bersama tanpa piring. Nasi liwet, bakar ikan mas, ikan asin, flus sambel dan lalapan, sungguh nikmat disantap tepat saat makan siang.
Pak Arih, kepala sekolah yang baru dua minggu di gantikan pak Sobirin di sekolahku, datang. Sayang santap makan bersamanya barus saja selesai. Pak Arih jadi makan sendiri, karena memang sudah dipisahkan oleh Bu Ela. Selesai makan Pak Arih juga diberi hidangan durian yang tadi masih disisakan satu buah. Waw…. Melihat kondisi buah durian yang menggoda itu akhirnya aku ikut makan lagi.
Aku pamit pulang karena ada janji mengantarkan anakku (Irfan Nurhamidah) ke pesantren di Rumpin. Pesantren ini tempatnya modondok saat masih sekolah di SMAN 01 Rumpin, sebelum kini dia kuliah di UIN Jakarta. Di sela liburan ini, anakku Irfan memang sudah merencanakan menginap satu atau dua malam di pesantren, seblum kembali ke tempat pesatren yang baru di Gang Bacang Kampung Utan, Ciputat.
Sebenarnya ia masih libur, tapi ada khursus Bahasa Arab gratis katanya di pesantrennya yang sekarang selama dua minggu. Lumayan nambah ilmu selama libur. Anakku yang ini memang beda, ia sangat tertarik mempelajari agama islam. Itulah sebabnya kemudian ia kulian di UIN sebagai calon guru Agama Islam.
Pulang dari Rumpin, di perjalanan turun hujan deras. Untung aku bawa jas hujan, setelah mampir di bengkel kosong tidak terpakai untuk memakai jas hujan, aku kembali meneruskan perjalanan menembus derasnya hujan. Di tempat poto copy depan mesjid Cicangkal aku mampir karena ada yang harus aku poto copy dan jilid.
Hujan pun reda, aku pulang tanpa jas hujan lagi.Jalanan tergenang air. Bahkan ada yang sampai seperti empang dalam dan panjang. Syukurlah pukul limaan sudah sampai di rumah lagi.

No comments:

Post a Comment